Sejak lahirnya aliran Wahhabi banyak ulama yang bangkit melawannya dengan menulis berbagai buku yang menjelaskan penyimpangan faham ini, dia...
Sejak lahirnya aliran Wahhabi banyak ulama yang bangkit melawannya dengan menulis berbagai buku yang menjelaskan penyimpangan faham ini, diantaranya Sheikh Jafar Kasyiful Ghitha yang menulis kitab Manhaj al-Rasyad dan Sayid Mohsen Amili yang menulis kitab Kasyful Irtiyab. Buku-buku itu membongkar kejahatan yang dilakukan kelompok Wahhabi dan kesesatan mereka yang berpandangan ekstrim dan tak mengenal logika. Para ulama itu memperingatkan bahwa Wahhabi adalah gerakan penyusupan di tengah umat Islam yang miliki tujuan merusak agama Islam.
Orang-orang Wahhabi dengan bantuan keluarga Saud melakukan berbagai serangan ke sejumlah negeri dan kota-kota Islam serta menjarah harta benda milik umat Islam. Mereka juga tak segan membunuh dan membantai siapa saja yang melawan. Ekstrimisme dan kebrutalan itu masih mereka pertahankan sampai saat ini. Dengan memanfaatkan kekuasaan atas Haramain, Mekah dan Madinah, ditambah kekayaan berlimpah dari penjualan minyak mentah, mereka relatif bisa masuk ke tengah umat Islam. Bagi negara-negara Barat, keberadaan rezim Arab Saudi yang dependen sangat menguntungkan. Lewat Arab Saudi, AS dan sekutu-sekutu Baratnya bisa dengan mudah bermain di dunia Arab. Para pemuka Wahhabi selalu mengklaim bahwa mereka adalah penganut tauhid dan ajaran Nabi Muhammad yang sejati, padahal apa yang mereka lakukan justeru merusak Islam dan menebar permusuhan di tengah umat Muhammad.
Profesor Hamed Algar, dosen Universitas Berkeley California dalam bukunya yang mengulas tentang Wahhabisme menyatakan, "Ada dua hal yang layak diperhatikan. Pertama, dalam sejarah panjang khazanah pemikiran Islam yang kaya tidak ada tempat sama sekali bagi Wahhabisme. Kelompok ini asing dengan logika. Hanya satu hal yang menjadi faktor keberuntungannya yaitu bahwa kelompok ini lahir di Jazirah Arab yang merupakan pusat geografis Dunia Islam. Kedua, para pendukung ajaran Wahhabi, pada abad 20 memperoleh kekayaan besar lewat minyak. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk menyebarkan ajaran Wahhabi di dunia Islam dan di luar dunia Islam. Jika tidak ada dua faktor tadi Wahhabisme sudah pasti sirna dan sejarah hanya menyebutnya sebagai satu aliran kecil yang tak punya pengaruh."
Dengan kekuasaannya atas Jazirah Arab dan kekayaan yang didapat dari hasil penjualan minyak, kaum Wahhabi mendirikan banyak lembaga dan organisasi untuk menyebarkan faham ini. Pemerintah Saudi pun menjadikan program wahabisasi di dunia Islam sebagai salah satu agendanya. Dalam kaitan ini, sejumlah rezim di kawasan mengekor kepada kebijakan Saudi dengan berbagai alasan, yang salah satunya adalah fanatisme Arab. Sebagian berkiblat ke Saudi karena menganggapnya sebagai saudara yang lebih besar berkat kekayaan, luas wilayah geografis dan faktor kependudukan. Sebagian tunduk kepada Saudi karena bergantung kepada pendapatan minyak negara itu. Seiring dengan itu, rezim Saudi menggandeng tangan negara-negara Barat terutama AS untuk membantunya memperluas pengaruh di kawasan khususnya terhadap negara-negara tetangganya yang lebih kecil.
Selain menebar pengaruh di sejumlah negara Arab, kaum Wahhabi juga menggunakan dana raksasa yang ada untukmenyebarkan faham Wahhabi dan melebarkan pengaruh di berbagai penjuru Dunia Islam. Misalnya, di Afghanistan dan Pakistan yang sejak beberapa dekade lalu dilanda dilema dan masalah kompleks, kaum Wahhabi menebar pengaruh. Mereka bahkan berhasil menempatkan bidak-bidaknya di dalam kubu politik yang kuat di kedua negara itu. Tak hanya itu, Wahhabi juga membentuk satuan-satuan teror untuk melakukan apa saja yang bisa mendukung program mereka. Banyak ulama Pakistan yang dulunya belajar di Arab Saudi kini membuka sekolah-sekolah untuk mengajarkan faham Wahhabi berkat bantuan dana yang besar dari pemerintah Riyadh. Mereka bahkan memiliki pengaruh yang kuat dalam pemerintahan Pakistan. Banyak pemuda yang mereka rekrut untuk mempelajari faham Wahahbi dan menjadi anggota kelompok-kelompok teror yang menebar permusuhan khususnya terhadap warga Syiah.
Di Afghanistan, orang-orang Wahhabi datang ke sana dengan memanggul senjata. Awalnya mereka mengangkat slogan membela warga Afghan dari tentara Soviet. Mereka melatih warga setempat dan bergabung dengan kelompok mujahidin. Di sela-sela itu mereka menyebarkan faham Wahhabi dengan berbagai cara. Di tengah pengungsi Afghan, mereka membagi-bagikan buku, majalah bahkan cd-cd yang memuat ajaran Wahhabi. Seiring dengan itu, mereka membentuk kelompok Taliban dengan menggunakan kucuran dana yang datang dari Arab Saudi. Para anggota Taliban dilatih militer dan siap terjun ke medan perang atau melakukan serangan teror. Dukungan dana dan militer untuk kelompok ini datang dari pemerintah Pakistan, AS, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. Lewat Taliban, secara praktis Saudi terlibat penuh dalam pergulatan di Afghanistan. Antara tahun 1992-1994, Saudi mengucurkan dana bantuan lebih dari 4 miliar USD untuk Taliban.
Di Mesir, Wahhabi aktif lewat lembaga-lembaga sosial dan amal. Namun keberadaan para ulama al-Azhar dan Ikhwanul Muslimin sedikit banyak bisa menekan aktivitas mereka. Di kawasan Asia kecil dan Kaukasus, mereka membentuk kelompok gerakan bernama Wahhabisme. Mereka aktif di negara-negara bekas Uni Soviet itu dengan mendirikan banyak masjid dan pusat keagamaan. Banyak yang meyakini bahwa gerakan Wahhabisme adalah kepanjangan tangan pemerintah Arab Saudi. Setiap tahunnya Saudi membagi-bagikan ratusan ribu naskah al-Quran yang dicetak dengan cetakan mewah untuk warga Asia tengah.
Para ulama dan pemuka masyarakat di Asia Kecil dan Kaukasus sering menyatakan kekhawatiran mereka akan aktivitas Wahhabi di kawasan ini. Sebab, dengan membesarnya pengaruh Wahhabi, konflik sektarian akan mewarnai negara-negara itu, mengingat faham ini mengedepankan permusuhan daripada kasih sayang dan perdamaian. Kondisi perekonomian negara-negara bekas Uni Soviet yang umumnya terpuruk membuka celah bagi Wahhabi untuk menyebarkan pengaruh di sana. Hal serupa juga terjadi di India.
Di kawasan Balkan yang terdera perang sejak sekade 1990, Arab Saudi berusaha keras menanamkan pengaruh di tengah umat Islam setempat. Apalagi, di sana, umumnya warga tidak terlalu peduli dengan masalah keagamaan. Saudi dan Wahhabi melakukan aktvitas yang luas di banyak negara lain seperti Maladewa, Sri Lanka, Kenya, Ethiopia, Uganda, Ghana, Nigeria, Mali, Senegal, Somalia dan negara-negara lainnya. Tujuan mereka adalah menyebarkan faham Wahhabi dan pengaruh Arab Saudi. Salah satu modus yang digunakan oleh kaum Wahhabi untuk menyebarkan faham mereka adalah dengan menyulut isu perselisihan di antara umat Islam. Dalih yang mereka gunakan adalah mengembalikan Islam kepada ajaran tauhid murni.
Selain kekuatan dana yang berlimpah, rezim Saudi menyebarkan kaki tangannya ke berbagai penjuru dunia untuk mengajarkan faham Wahhabi. Mereka memanfaatkan kemiskinan ekonomi dan budaya umat Islam untuk mempengaruhi mereka supaya menerima ajaran ini. Dalam banyak kasus, orang-orang Wahhabi memberikan sumbangan dana untuk menarik hati orang lain masuk ke dalam aliran sesat ini. Terkadang, mereka memberikan iming-iming belajar di sekolah-sekolah yang mereka dirikan.