Selama beberapa tahun terakhir kita menyaksikan sepak terjang berdarah dan penindasan terhadap perempuan yang lahir dari pandangan sektarian...
Selama beberapa tahun terakhir kita menyaksikan sepak terjang berdarah dan penindasan terhadap perempuan yang lahir dari pandangan sektarian Wahabi. Sepak terjang buas sejumlah kelompok teroris yang mengatasnamakan Islam seperti: Al-Qaeda, Taliban, Boko Haram, dan ISIS di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, terutama Irak dan Suriah tidak bisa dilepaskan dari pandangan teologisnya yang berpijak dari Wahabisme.
Kemunculan fatwa ganjil yang tidak logis dari para mufti Salafi membentangkan jalan bagi tindakan tidak berperikemanusiaan kelompok-kelompok takfiri, terutama ISIS. Jika dikaji lebih dalam, pandangan Wahabi terhadap perempuan memberikan kontribusi pemikiran tidak kecil terhadap penyebab pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan yang kini dilakukan kelompok-kelompok takfiri.
Wahabi sejak awal memiliki pandangan yang tidak menghargai perempuan. Berbagai dokumen dan buku fatwa para mufti Wahabi berulangkali menyebut perempuan sebagai ekor setan dan seluruh wujudnya sebagai bencana. Wanita dalam pandangan mereka hampir disetarakan dengan hewan.
Deretan fatwa diskriminatif terhadap perempuan dikeluarkan oleh mufti Wahabi. Misalnya, suami secara sepihak bisa menceraikan istrinya hanya dengan sebuah sms. Tidak hanya itu, perempuan juga haram menggunakan internet. Perempuan haram mengemudikan mobil. Berbagai fatwa yang diterapkan di negara yang mengadopsi Wahabisme sebagai mazhab resminya seperti Arab Saudi menunjukkan bahwa perempuan tidak mendapatkan hak paling awal, bahkan di ranah sosial sekalipun. Hingga kini perempuan yang mengemudikan mobil di Arab Saudi dijatuhi hukuman oleh pengadilan.
Kini, pandangan sempit Wahabi tersebut berbuah getir setelah ISIS menguasai sejumlah daerah di Irak dan Suriah. Para istri harus berpisah dari suaminya. Para lelaki dibunuh dengan kejam, dan anak gadis serta istri mereka dijadikan sebagai budak. Ironisnya, para mufti Saudi memandang perbudakan dan jual beli perempuan sebagai sesuatu yang dibenarkan saat ini. Fatwa-fatwa diskriminatif terhadap perempuan inilah yang dijadikan rujukan ISIS untuk menindas perempuan.
Kelompok teroris takfiri ISIS menjual perempuan kepada warga negara Saudi, Turki dan negara lainnya dengan harga yang sangat murah. Dari penjualan budak perempuan ini, kelompok teroris semacam ISIS mendapatkan pemasukan yang besar untuk membiayai operasionalnya, serta merekrut anggota baru dari berbagai negara dunia. Berbagai laporan yang diterbitkan media massa regional dan internasional menyebutkan setelah penjualan minyak hasil jarahannya, perbudakan menjadi sumber pendapatan kedua kelompok teroris takfiri ISIS.
ISIS saat ini memiliki dua pasar budak permanen di kota Mosul di Irak dan Raqqah di Suriah. Pasar budak di Mosul yang terletak di al-Quds menjadi sumber pendapatan besar bagi ISIS. Setelah kelompok teroris ini menguasai kota Sinjar, kelompok teroris takfiri membunuh ratusan lelaki Izadi dan menawan ribuan perempuan dan anak gadisnya. Kemudian mereka dibawa ke Raqqah dan dijadikan sebagai budak yang diperjualbelikan. Kebanyakan budak perempuan yang diperdagangkan berusia muda, cantik dan menarik.
Berdasarkan laporan PBB, sebanyak 3.000 wanita dan anak gadis, yang sebagian besar adalah penganut Izadi menjadi tawanan ISIS. Milisi teroris ISIS menjadikan mereka sebagai pampasan perang dan diklaim menjadi milik mereka. Laporan PBB menyebutkan sebelum dijual sebagai budak, sebagian tawanan diperkosa terlebih dahulu oleh para milisi teroris takfiri ISIS.
Laporan PBB mengungkapkan beberapa waktu lalu ISIS menculik 510 perempuan Izadi setelah mereka menguasai salah satu desa di barat laut Irak. Perempuan Izadi dijadikan sebagai budak dan dijual di pasar Mosul dan Raqqah. Harga seorang budak perempuan Izadi dan Kristen berkisar antara 500 dolar hingga 1000 dolar. Dari 510 wanita Kurdi yang ditawan ISIS, sekitar 160 orang dijadikan pelayan anggota kelompok teroris yang dikirim ke Suriah. Dari jumlah tersebut sebanyak 16 orang wanita yang menolak, dibunuh secara kejam oleh milisi ISIS.
Kelompok teroris takfiri ISIS juga menculik 150 perempuan Kristen kota Mosul untuk dijual di pasar budak Raqqah. Selain penculikan perempuan dan anak-anak minoritas non-Muslim, ISIS juga menawan 2.500 warga sipil Irak yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Sebagian dari perempuan ini dijadikan sebagai bonus bagi para milisi teroris dari Afghanistan, Chechnya dan negara lainnya, sedangkan sebagian dijual di pasar Mosul dan Raqqah.
Kelompok teroris ISIS tidak hanya menjual perempuan dan anak gadis di pasar budak, tapi lebih dari itu membuka tempat pelacuran sebagai sumber pendapatan. Saksi mata melaporkan ISIS menjual gadis Irak berusia 12 tahun ke tempat pelacuran dengan harga 30 dolar.
Para pemimpin takfiri tidak cukup hanya menjarah harta dan harga diri rakyat Suriah dan Irak dan membunuh lelakinya, tapi juga mengeluarkan fatwa "Jihad Nikah". Sepak terjang tidak berperikemanusiaan takfiri menyebabkan sebagian orang melarikan diri meninggalkan tanah airnya menuju negara lain sebagai pengungsi yang menimbulkan masalah besar bagi negara tetangga yang menerimanya.
Dalam kondisi kritis tersebut amat disayangkan sejumlah organisasi yang mengklaim sebagai pembela HAM dan hak perempuan bersikap pasif menyikapi sepak terjang kelompok teroris takfiri ISIS yang didukung oleh sejumlah negara dunia.
Sebagian rakyat Irak melancarkan gerakan "Kembalikan anak perempuan kami ke Rumah". Gerakan ini menyerukan kepada para pemimpin Irak dan publik dunia untuk membebaskan perempuan dan anak gadis dari seluruh etnis dan agama, termasuk Muslim, Kristen, Izadi, dan Turkmen yang ditawan ISIS dan dijadikan budak. Dilaporkan, sebagian perempuan yang berhasil melarikan diri dari cengkeraman ISIS saat ini menghadapi gangguan mental. Para pemantau HAM setelah mewawancarai sebagian dari perempuan Izadi yang berhasil melarikan diri dari pegunungan Sinjar menjelaskan kondisi mereka yang kritis. Para pengungsi menghadapi gangguan mental serius.
Zainab Bangura yang mengunjungi Suriah dan Irak belum lama ini bertemu dengan orang-orang yang berhasil lari dari cengkeraman ISIS. Utusan Sekjen PBB urusan kekerasan seksual dalam konflik ini menyebut tindakan yang dilakukan ISIS terhadap perempuan setara dengan kekerasan abad pertengahan. Zainab berkata, "ISIS membangun pasar budak dan dalam serangan terbarunya menjadikan begitu banyak perempuan sebagai budak yang merupakan kekerasan seksual paling keji".
Sepak terjang biadab kelompok teroris takfiri tersebut dalam rangka merusak Islam di mata dunia. Padahal, perilaku mereka tidak ada kaitannya sama sekali dengan ajaran Islam yang damai. Sebab Islam sangat menghargai perempuan dan menempatkannya dalam kedudukan yang tinggi. Teladan terbaik ditampilkan Rasulullah Saw yang sangat menghargai posisi dan kedudukan perempuan di tengah masyarakat jahiliyah Arab ketika itu.
Allah swt menganugerahkan seorang anak perempuan kepada Nabi Muhammad Saw, dan beliau memperlakukan putrinya itu dengan penuh penghormatan dan perhargaan yang tinggi. Rasulullah Saw bersabda, "Tidak menghormati perempuan, kecuali orang yang terhormat, dan tidak menghina perempuan kecuali orang yang hina,".
Ketika orang-orang Arab Jahiyah memperlakukan perempuan begitu hina, bahkan ada yang mengubur hidup-hidup bayi perempuannya sendiri, Nabi Muhammad Saw justru menunjukkan sikap yang begitu menghormati putrinya itu. Rasulullah Saw bersabda,"Fatimah adalah penghulu para wanita. Seperti Sayidah Maryam putri Imran,". Sepanjang hidupnya, Nabi Muhammad Saw bersikap lembut dan penuh kasih sayang kepada perempuan. Beliau juga menyerukan kepada para sahabatnya untuk menyayangi istri dan anak-anaknya masing-masing serta menghindari perilaku kasar dan keras terhadap mereka. Pandangan dan sikap Rasulullah Saw tersebut menjadi revolusi besar supaya menghargai dan menghormati perempuan.(PH)