Pemikiran dan kepercayaan menyimpang yang dianut oleh orang-orang Wahhabi membuat mereka memperlakukan umat Islam dengan perlakuan yang tida...
Pemikiran dan kepercayaan menyimpang yang dianut oleh orang-orang Wahhabi membuat mereka memperlakukan umat Islam dengan perlakuan yang tidak benar. Situs media pemberitaan al-Alam dalam sebuah laporannya membeberkan kejahatan orang-orang Wahhabi dalam berbagai bentuknya seperti 'penghalalan pembunuhan', 'pengiriman teroris ke berbagai penjuru dunia', 'aksi teror di berbagai negara', dan 'isu fitnah dan perang partisan'. Meski bagi semua orang, kejahatan kaum Wahhabi sudah bukan rahasia lagi rezim Arab Saudi tetap memelihara kelompok ini secara resmi.
Saat ini, Wahhabisme sudah bukan lagi madzhab anutan, tapi alat politik bagi pemerintah Saudi. Pemikiran menyimpang yang dibawa oleh faham ini ditambah kekuatan dan kekayaan berlimpah yang ada di tangan keluarga Saud, sementara ini dipandang sebagai alat penjamin kelanggengan kerajaan Saudi. Jika alat itu teringkirkan, maka keruntuhan kekuasaan keluarga Saud tak bisa dielakkan.
Semenanjung Jazirah Arab saat ini dikuasai oleh keluarga Saud dengan sistem pemerintahan monarkhi absolut. Kekuasaan hanya ada di tangan keluarga Saud. Jabatan pemerintahan juga tak keluar dari tangan orang-orang dari keluarga yang sama. Dengan cara itu, pemerintahan pusat bisa mengontrol semua instansi negara dan seluruh penjuru negeri. Di negara itu, tak ada peluang dan kesempatan bagi aktivitas politik oposisi. Ulama-ulama dan mufti Wahhabi mempunyai pengaruh yang sangat besar di Arab Saudi. Pemilihan Menteri Kehakiman, Menteri Urusan Haji, Agama dan Wakaf serta Sekjen Organisasi Dakwah Islam mesti dilakukan dengan meminta pendapat mereka.
Selain menguasai Mekah dan Madinah, orang-orang Wahhabi juga memegang kendali atas berbagai lembaga penting di Arab Saudi. Lewat lembaga-lembaga itulah mereka getol menyebarkan pemahaman Wahhabi. Diantara lembaga dan organisasi penting itu adalah Rabithah al-Alam al-Islami, Dewan Ulama atau Kibar al-Ulama, dan lembaga Amr bil Maruf wa Nahy ?anil Munkar. Lembaga Kibar al-Ulama terdiri atas 21 anggota yang kesemuanya menganut faham Wahhabi. Tak hanya menyebarkan ajaran Wahhabi, mereka juga memegang peran kunci dalam masalah politik di negara itu. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kaum Wahhabi menguasai sumur-sumur minyak dan kekayaan besar yang ada di Arab Saudi. Dalam kondisi seperti itu, warga penganut mazhab lain seperti Ahlussunnah dan Syiah tidak memiliki tempat di sana.
Kekayaan besar yang dimililiki pemerintah Arab Saudi digunakan untuk menyebarkan faham ini. Rezim Saudi melarang aktivitas keagamaan kecuali yang dijalankan sesuai dengan ajaran Wahhabi. Mereka menuduh semua orang selain Wahhabi sebagai ahlul bidah dan sesat. Dengan berbekal pandangan ekstrim seperti ini, mereka memperlakukan para penganut mazhab lain dengan kasar dan tanpa perasaan. Umumnya warga yang menganut faham Ahlussunnah atau Syiah tak mendapat pekerjaan yang layak dengan kondisi kesejahteraan yang jauh dibanding warga penganut faham Wahhabi.
Kejumudan berpikir membuat kaum Wahhabi lebih mengedepankan kekerasan dan ekstrimisme dibanding toleransi. Padahal, al-Quran dan Sunnah mengajarkan kepada kita untuk bersikap toleran, ramah dan penuh kasih dengan masyarakat. Ayatullah al-Udzma Makarim Shirazi menceritakan kepergian pertamanya ke Arab Saudi dan mengatakan, "Pertama kali pergi ke tanah suci, saat memasuki kota Madinah saya terkejut menyaksikan sekelompok orang yang dikenal dengan nama ?petugas amar ma'ruf' yang kesemuanya berjanggut panjang. Mereka berdiri di sekitar makam Nabi Saw dengan cambuk di tangan. Cambuk itu mereka pukulkan ke siapa saja yang mendekati makam Nabi dan hendak menciumnya sambil mengatakan, ?syirik, makam ini tak lebih dari besi dan kayu."
Ayatullah Makarim melanjutkan, orang-orang Wahhabi itu tidak menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh umat Islam dengan mencium makam Nabi Saw adalah peluapan rasa cinta mereka kepada beliau, bukan mencium besi dan kayu. Orang-orang Wahhabi sendiri mencium jilid dan kulit luar al-Quran seperti juga mencium Hajar Aswad dan bertabaruk dengannya. Lantas bagaimana mereka menganggap perbuatan orang yang mencium makam Nabi sebagai perbuatan syirik sementara mencium Hajar Aswad bukan syirik. Bukankah ini kontradiksi? Sayangnya ulama Wahhabi hanya bisa bungkam tanpa pernah menjawab pertanyaan ini.
Hijaz adalah negeri tempat turunnya wahyu Ilahi kepada Nabi Muhammad Saw. Di sana terdapat Baitullah, Ka'bah, kiblat umat Islam, dan banyak situs Islam yang menjadi sarana pemersatu umat Islam. Sayangnya, pemerintahan Arab Saudi dan kaum Wahhabi yang menguasai negeri ini lebih mengedepankan perselisihan dan isu perpecahan di tengah kaum Muslimin. Hubungan terselubung antara rezim Saudi dan negara-negara imperialis Barat khususnya Amerika dan Inggris sudah menjadi rahasia umum. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa lahirnya aliran Wahhabi tak lepas kebijakan imperialisme Inggris. Suasana mencekik yang diciptakan rezim Wahhabi di Arab Saudi meredam setiap suara penentangan terhadap Wahhabisme yang mungkin muncul.
Masalah tauhid dan syirik yang dipaparkan oleh orang-orang Wahhabi praktis memasukkan seluruh umat Islam ke dalam kelompok musyrik dan bidah. Mereka melarang tawassul, tabarruk dan harapan akan syafaat. Musim haji dimanfaatkan oleh mereka untuk menyebarkan faham Wahhabi di tengah jamaah haji yang datang dari berbagai negara. Karena itu, rezim Wahhabi di Arab Saudi menugaskan orang-orangnya untuk mengajarkan faham menyimpang yang mereka anut kepada semua orang yang datang dari berbagai penjuru dunia. Buku-bukupun mereka cetak dan sebarkan dalam jumlah besar.
Wahhabi juga mendirikan sejumlah perguruan tinggi dengan maksud mencetak kader-kader muballigh untuk menyebarkan faham ini. Untuk mendukung program penyebaran Wahhabisme, mereka menggunakan media massa secara luas. Berbekal dana raksasa, mereka mendirikan banyak saluran televisi satelit untuk misi mereka. Salah satu saluran televisi terbesar yang mereka dirikan adalah televisi satelit al-Arabiya. Televisi berorientasi pemberitaan ini mengedepankan penyebaran faham Wahhabi ke seluruh dunia sekaligus menghujat siapa saja yang menentangnya. Republik Islam Iran adalah salah satu target dan sasaran televisi al-Arabiya dalam perang propaganda ini. Pasalnya, Iran adalah negara yang berdiri di barisan terdepan dalam membela muqawamah dan menentang imperialisme.
Pemerintah Arab Saudi juga mengucurkan dana besar-besaran ke seluruh penjuru dunia untuk menyerang mazhab-mazhab lain. Di Arab Saudi ada enam perpustakaan besar Wahhabi. Selain itu ada sekitar 117 penerbit dan percetakan di negara itu yang umumnya mencetak dan menerbitkan buku-buku dan majalah-majalah yang menyebarkan faham Wahhabi atau menghujat ajaran Ahlussunnah dan Syiah, tanpa argumentasi yang kuat dan logis. Para penerbit mendapat dukungan besar dan kucuran dana dari pemerintah Arab Saudi. Buku-buku itu disebarkan ke berbagai penjuru dunia dan dibagikan secara cuma-cuma. Bagi para ulama dan mufti Wahhabi, tak ada yang berhak menafsirkan dan menjelaskan ajaran Islam kecuali mereka. Pemerintah Saudi tidak memberi kebebasan kepada media untuk menerbitkan tulisan dan laporan yang tidak sesuai dengan kebijakan keluarga Saud. Semua berada di bawah pengawasan pemerintah.
Risalah Islam dan ajaran Nabawi saat ini sedang berada dalam keterasingan di negeri tempat risalah ini diturunkan. Ajaran Ilahi dinistakan oleh orang-orang penganut faham Wahhabi yang menggeser persatuan, kasih sayang, kebebasan, dan kemuliaan lalu menggantinya dengan perseteruan, kekerasan, keterpasungan, dan ketundukan kepada arogansi dunia. Hijaz yang dulu menjadi poros dunia Islam kini dikuasai oleh keluarga Saud dan kaum Wahhabi yang bersekutu dengan kaum durjana dunia, khususnya Amerika.